KOCOKIN21 kembali menghadirkan kisah drama psikologis yang intens dan penuh makna lewat film Real Life Fiction (2024). Film ini menggali batas tipis antara kenyataan dan ilusi, menghadirkan potret kelam tentang ambisi, ego, dan kehancuran diri dalam dunia perfilman. Dengan pendekatan visual yang artistik dan narasi yang menggugah pikiran, film ini membawa penonton menyelami sisi paling rapuh dari seorang seniman yang terperangkap dalam ciptaannya sendiri.
Ceritanya berpusat pada Alex Grant, seorang aktor terkenal yang lelah hidup di bawah bayang-bayang karakter yang ia mainkan. Didorong oleh keinginan untuk mengendalikan kisahnya sendiri, Alex memutuskan menulis, menyutradarai, dan membintangi sebuah film yang ia yakini akan menjadi karya paling jujur dalam hidupnya. Namun, seiring proses produksi berjalan, batas antara peran yang ia ciptakan dan dirinya yang sebenarnya mulai kabur.
Setiap adegan yang ia tulis tampak terlalu nyata. Dialog yang diucapkan pemain lain seolah mencerminkan pikirannya sendiri. Bahkan, kru di lokasi syuting mulai mempertanyakan kewarasannya ketika Alex mulai memperlakukan set film seperti dunia nyata dan dirinya sebagai karakter yang harus “menyelesaikan naskah hidupnya.”
Konflik semakin dalam saat Sophie, rekan aktor sekaligus mantan kekasihnya, ikut terlibat dalam proyek tersebut. Ketegangan emosional di antara mereka menciptakan atmosfer yang tidak stabil, baik di dalam maupun di luar kamera. Film yang awalnya bertujuan untuk mengekspresikan kebebasan artistik, berubah menjadi perjalanan menuju kehancuran mental.
Ketika Alex mulai kehilangan kendali, film yang ia buat menjadi refleksi dari kejatuhannya sendiri. Penonton diajak untuk bertanya: apakah ia masih membuat film, atau justru hidup dalam film yang ia ciptakan? Realitas dan fiksi berbaur dalam lingkaran tak berujung, menciptakan pengalaman sinematik yang surreal namun menyakitkan.
Sinematografi film ini menonjol dengan penggunaan cahaya yang kontras mempertegas perbedaan antara dunia nyata dan dunia dalam film. Musik latar yang minimalis memperkuat ketegangan psikologis, sementara editing non-linear memberi kesan mimpi buruk yang terus berulang. Setiap potongan adegan seolah menghapus batas antara sutradara dan karakter, antara hidup dan seni.
Real Life Fiction (2024) bukan sekadar kisah tentang perfilman, melainkan refleksi tentang obsesi manusia terhadap kesempurnaan dan makna hidup. Film ini menyentuh tema-tema eksistensial seperti identitas, keaslian, dan bahaya ketika seseorang terlalu larut dalam penciptaan dirinya sendiri.
Bagi kamu yang menyukai film dengan narasi kompleks, penuh simbol, dan meninggalkan pertanyaan setelah kredit bergulir, Real Life Fiction (2024) wajib ditonton. Ini adalah karya yang membuat penonton berpikir bukan hanya tentang film, tapi tentang kehidupan itu sendiri.
Saksikan Real Life Fiction (2024) hanya di KOCOKIN21, dan temukan bagaimana garis antara kenyataan dan fiksi bisa hilang ketika seseorang mencoba menjadi Tuhan dalam cerita hidupnya sendiri.





